Selasa, 20 Agustus 2013

Happy Eid Mubarok 1434 H

Assalamu'alaikum Sob, terlalu lama nggak posting hampir-hampir blog membusuk. Mumpung masih bulan syawal nih, Mima dan keluarga mengucapkan Taqaballahu minawa minkum, Minal aidzin wal faidzin mohon maaf batin dan lahir. Lohh kok "Batin dan Lahir" sih, pengen anti mainstream ya? No No No, ada filosofinya nih kenapa Mima sekeluarga ngucapinnya maaf Batin Lahir. 
Batin di sebut terlebih dahulu karena sesungguhnya dosa dosa itu bersumber dari dalam batiniah kita, terlebih dari pada itu dosa dalam hati itu lebih besar daripada dosa secara Lahir. Ibaratkan saja nih, aku punya kenalan namanya Eya, secara lahiriah aku nggak pernah menggunjing apa lagi menyakiti hati Eya (itu sebaik-baiknya contoh ya), namun hati orang siapa yang tahu gunjingan dalam hati itu lebih gencar daripada dalam lisan, enteng-entengnya nih someday Eya dresscodenya nggak match banget dan dalam hati ngemeng sendiri nih "Dih Eya nggak kece banget deh gayanya". Naah lo, menggunjing dalam hati kan. Yaah pokoknya mah tetep, Mohon Maaf sebesar-besarnya Batin Lahir ya Sob.

Sharing dikit aja nih tentang kebiasaan keluarga dan masyarakat sekitar di hari nan fitri ini, pastinya tiap keluarga punya kebiasaan sendiri ya, engging eengg dan ini happy family ku :3


Shalat Eid tahun ini sedikit berbeda, karena Bapak lagi tugas khotbah di masjid kampung gang sebelah jadinya sekeluarga ikutan biasanya kita selalu di Masjid Baiturrahman. Selesai shalat agendanya adalah Slametan Riyayan di Langgar samping rumah bersama-sama seluruh masyarakat dusun Kedungsingkal. Slametan ini tujuannya untuk mensyukuri nikmat dipertemukan dengan hari raya idul fitri dimana muslim(in/ah) sedunia layaknya terlahir kembali, selain itu sebagai ajang halal bi halal seluruh warga.


Di sini warga biasanya membawa makanan sob, biasanya dalam bentuk tumpeng, minuman, buah dan macem-macem tergantung kemampuan tiap warga. Setelah doa bersama yang dipimpin oleh sesepuh kampung, seluruh masyarakat langsung santap pagi bersama. Gini nih biasaya makannya ...





Setelah selesai makannya, langsung bersalam salaman. Tapi dalam tradisi orang jawa kurang afdol ketika belum langsung berkunjung ke tiap rumah warga. Nah di sini nih ajang adek-adek kecil biasanya cari THR, kemana-mana bawa tas kecil buat masukin salam tempelnya. Hmm tapi nih sob, seusiaku mahasiswa ini adalah usia yang "rawan", kenapa rawan? yaah gimana nggak rawan, di kasih salam tempel tapi udah dikategorikan gede, tapi di sisi lain belum berpenghasilan, alhasil nggak ada namanya pemasukan THR hari raya.

Di kebanyakan keluarga rata-rata punya tradisi bikin opor ayam + ketupat yang sudah bisa disantap di hari raya. Tapi mungkin itu tidak menjadi tradisi di keluargaku, jadinya kalo di rumah lebaran itu banyak kekurangan makannya. Alasan lainnya, karena orang tua dari Bapak masih lengkap, jadinya hari raya pertama langsung cuss ke Kediri untuk kumpul-kumpul bareng keluarga besar. Baru tuh makan-makannya di rumah si mbah Kediri.
Dan karena udah nyingung dikit tentang ketupat. Di Jawa khususnya punya tradisi Hari Raya Ketupat, hari raya +6 atau malam 8 syawal mungkin ya perhitungannya, dimana para warga saling berbagi ketupat.